
Selamat Hari Jadi Kota Metro Yang Ke-88, Semoga Kota Metro semakin maju, sejahtera, dan menjadi kota pendidikan yang unggul serta berdaya saing tinggi. Dengan semangat kebersamaan, mari kita terus berkontribusi membangun Metro yang lebih baik, berbudaya, dan religius.
INFO : Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya sebuah induk desa baru yang diberi nama Trimurjo. Dibangunnya desa ini dimaksudkan untuk menampung sebagian dari kolonis yang didatangkan oleh perintah Hindia Belanda pada tahun 1934 dan 1935, serta untuk menampung kolonis-kolonis yang akan didatangkan berikutnya. Pada zaman pelaksanaan kolonisasi selain Metro, juga terbentuk onder distrik yaitu Pekalongan, Batanghari, Sekampung, dan Trimurjo. Kelima onder distrik ini mendapat rencana pengairan teknis yang bersumber dari Way sekampung yang pelaksanaannya dilaksanakan oleh para kolonisasi-kolonisasi yang sudah bermukim di onder distrik yang biasa disebut bedeng-bedeng dimulai dari Bedeng 1 bertempat di Trimurjo dan Bedeng 67 di Sekampung, yang kemudian nama bedeng tersebut diberi nama, contohnya Bedeng 21, Yosodadi.
Kedatangan kolonis pertama di desa Trimurjo yaitu pada hari Sabtu tanggal 4 April 1936 yang ditempatkan pada bedeng-bedeng kemudian diberi penomoran kelompok bedeng, dan sampai saat ini istilah penomorannya masih populer dan masih dipergunakan oleh masyarakat Kota Metro pada umumnya.
Jika datang ke Kote Metro dan desa di kabupaten sekitar kota ini lebih mudah menemukan daerah dengan istilah angka-angka/bedeng, yaitu:
- Bedeng 1, bedeng 4, bedeng 5, bedeng 10: untuk menyebut wilayah di kelurahan Trimurjo;
- Bedeng 2, bedeng 3: untuk menyebut wilayah di kelurahan Adipuro;
- Bedeng 6c, 6 polos, 6b, 6d: untuk menyebut wilayah di desa Liman Benawi;
- Bedeng 7a, 7c, 8: untuk menyebut wilayah di desa Depokrejo;
- Bedeng 11a, 11b, 11c, 11d, 11f: untuk menyebut wilayah di kelurahan Simbarwaringin;
- Bedeng 12a, 12b, 12c, 12d: untuk menyebut wilayah di desa Tempuran;
- Bedeng 13a, 13 polos, 20: untuk menyebut wilayah di desa Purwodadi;
- Bedeng 14-1, 14-2, 14-3, 14-4: untuk menyebut wilayah di kelurahan Ganjaragung dan Ganjar asri;
- Bedeng 15a, 15 polos: untuk menyebut wilayah di kelurahan Iringmulyo;
- Bedeng 16a, 16b, 16d: untuk menyebut wilayah di kelurahan Mulyosari;
- Bedeng 16c: untuk menyebut wilayah di kelurahan Mulyojati;
- Bedeng 17a, 17 polos, 18, 19: untuk menyebut wilayah kelurahan Untoro;
- Bedeng 21a, 21 polos: untuk menyebut wilayah kelurahan Yosodadi;
- Bedeng 21c: untuk menyebut wilayah kelurahan Yosomulyo;
- Bedeng 22: untuk menyebut wilayah kelurahan Hadimulyo;
- Bedeng 23: untuk menyebut wilayah kelurahan di Metro Utara;
- Bedeng 24: untuk menyebut wilayah di kelurahan Tejosari dan Tejoagung;
- Bedeng 25, 26: untuk menyebut wilayah di kelurahan Margorejo;
- Bedeng 27: untuk menyebut wilayah di kelurahan Sumbersari;
- Bedeng 28, 29: untuk menyebut wilayah di kelurahan Purwosari;
- Bedeng 30-67: untuk menyebut wilayah di daerah Batanghari dan Sekampung.
Bedeng di Kota Metro kini sering disebut juga dengan sebutan Distrik yang membuat semakin menguatkan akan kentalnya sejarah bekas kolonisasi penjajahan Belanda di kota ini. Di Kota Metro banyak masyarakat yang menyebutkan nomor bedeng/distrik tersebut dikarenakan lebih mudah dan familiar.
Setelah ditempati oleh para kolonis dari pulau Jawa, daerah bukaan baru yang termasuk dalam kewedanaan Sukadana yaitu Marga Unyi dan Buay Nuban ini berkembang dengan pesat. Daerah ini menjadi semakin terbuka dan penduduk kolonis pun semakin bertambah, sementara kegiatan perekonomian mulai tambah dan berkembang.
Berdasarkan keputusan rapat Dewan Marga tanggal 17 Mei 1937 daerah kolonisasi ini diberikan kepada saudaranya yang menjadi koloni dengan melepaskannya dari hubungan marga. Dan pada Hari selasa tanggal 9 Juni 1937 nama desa Trimurjo diganti dengan nama Metro. Tanggal 9 Juni inilah yang menjadi dasar penetapan Hari Jadi Kota Metro, sebagaimana yang telah dituangkan dalam perda Nomor 11 Tahun 2002 tentang Hari Jadi Kota Metro.
Source : WIKIPEDIA
Komentar Terbaru